Menyelami Asa di Terumbu Karang Banyumilir Kalibukbu

Dwi Rama Saputra 27 November 2025 11:51:47 WITA

KALIBUKBUK - Rabu, 12 November 2025 Desa Kalibukbuk, Buleleng Bali Utara
menyimpan kekayaan selain lumba-lumba Lovina. Terdapat destinasi wisata bahari yang tak
hanya indah tetapi juga punya makna dan semangat perjuangan, Taman Terumbu Karang
Banyumilir di Desa Kalibukbuk. Di balik ketenangan ombak Lovina yang memecah pasir
hitam, Desa Kalibukbuk memiliki sebuah kisah tentang bagaimana masyarakat pesisir
mengubah menjadi harapan, dan pariwisata menjadi sebuah misi konservasi.
Taman Terumbu Karang Banyumilir terletak di kawasan Central Lovina, tepatnya di
perairan Desa Kalibukbuk, Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng, Bali Utara. Aksesnya
sangat mudah dicapai dari Singaraja maupun destinasi lain di Bali Utara. Lokasi ini menjadi
mutiara tersembunyi yang menawarkan pengalaman bawah laut yang berbeda dari Lovina
yang kerap dikenal dengan atraksi lumba-lumba. Banyumilir bukan sekadar spot snorkeling
atau diving biasa. Tempat ini menawarkan perpaduan antara keindahan alami dan hasil
restorasi manusia, menjadikannya salah satu kawasan konservasi yang paling dinamis di
Buleleng.
Bagi saya, kunjungan ini bukan sekadar tugas Jurnalistik, melainkan pelajaran yang
berharga tentang kearifan lokal dalam mengelola alam. Sebelum Banyumilir, laut Kalibukbuk
sempat terancam. Penangkapan ikan yang tidak bertanggung jawab dan tekanan lingkungan
membuat terumbu karang mengalami penurunan drastis. Namun, titik balik datang dari
kesadaran kolektif jika laut mati, mata pencaharian pun terhenti. Muncul Pokmaswas
(Kelompok Masyarakat Pengawas) Banyumilir. Mereka adalah para nelayan yang kini beralih
peran. Jika dulu tangan mereka terampil melempar jaring, kini mereka cekatan menanam
fragmen karang.
"Kami tidak hanya bicara teori, kami praktekkan langsung. Pemerintah Desa
memfasilitasi, sementara konservasi ada di tangan Pokmaswas. ikan akan datang jika
karangnya sehat," tutur Bapak Ketut Suka, S.Sos, Perbekel Kalibukbuk, dengan penuh
semangat keyakinan. Berkat upaya konservasi bertahun-tahun, terumbu karang di Banyumilir
kini tumbuh subur dan menjadi rumah bagi berbagai jenis biota laut dan ikan hias yang
melimpah.
Hasil dari kerja keras ini kini terwujud dalam Taman Laut Banyumilir. Kawasan ini
adalah perpaduan unik antara ekologi dan budaya. Wisatawan dapat menyaksikan,
keanekaragaman hayati interaksi ikan-ikan kecil, biota pesisir, dan karang-karang baru yang
mulai membesar. Lokasinya yang berada di kawasan Lovina tetap memberikan kesempatan
menyaksikan lumba-lumba. Daya tarik Banyumilir semakin unik dengan adanya Terumbu
Buatan yang tidak hanya berfungsi sebagai media tumbuh karang, tetapi juga memiliki nilai
budaya dan spiritual.
Di sana, di kedalaman beberapa meter, berdiri kokoh Patung Dewa Baruna, Sang
Penjaga Samudra, yang berfungsi sebagai terumbu buatan dan simbol suci masyarakat desa
sebagai Sang Penjaga Samudra, menegaskan janji desa untuk melindungi laut. Patung penyu
dan Lumba-lumba ini bukan sekadar spot selfie bawah laut, melainkan karya seni bawah laut
ini menjadi ikon khas yang menciptakan pemandangan unik dan spot fotografi yang menarik
bagi penyelam.
Kunjungan snorkeling atau diving di Banyumilir terasa berbeda. Para pemandu, yang
dulunya adalah nelayan desa, tidak hanya menunjukkan lokasi karang, tetapi juga
menceritakan sejarah restorasi dan jenis-jenis biota yang mereka lindungi. "Ini adalah
eco-tourism sejati. Wisatawan tidak hanya menikmati keindahan, tapi juga ikut merasakan
semangat perjuangan untuk memulihkannya. Setiap rupiah yang dibayarkan di sini akan
kembali menjadi bibit karang baru," kata salah satu anggota Pokmaswas kepada kami.
Liputan ini membawa kesimpulan, Banyumilir adalah model pembelajaran
menunjukkan bahwa keberhasilan pengembangan desa di era modern adalah kemampuan
desa untuk menggabungkan dua peran promosi wisata yang ramah dan penjagaan alam yang
ketat. Pokmaswas Banyumilir adalah pahlawan konservasi sejati. Kelompok ini dibentuk dari
kesadaran para nelayan lokal. Mereka yang dulunya terampil menangkap ikan, kini menjadi
ahli dalam menanam fragmen karang dan mengawasi kawasan laut. Peran Kunci Pokmaswas
yaitu, restorasi dan rehabilitasi, pengawasan ketat, pengelola pariwisata (dive masters dan
snorkeling guides), kemitraan bekerja sama dengan Pemerintah Desa, Yayasan banyumilir,
dan berbagai lembaga, menunjukkan model kolaborasi yang kuat dalam menjaga lingkungan
dan ketahanan ekonomi.
Desa Kalibukbuk membuktikan bahwa konservasi adalah investasi terbaik bagi
kesejahteraan, sebuah aliran rezeki yang akan terus "mengalir" dari laut selama menjaganya.
Melalui Taman Terumbu Karang Banyumilir Desa Kalibukbuk membuktikan bahwa,
konservasi dan pariwisata dapat berjalan beriringan. Keberhasilan ini menjadi model
pembelajaran bagi desa pesisir lainnya menjaga alam bukan hanya tugas, tetapi menjamin
kesejahteraan masyarakat secara berkelanjutan sebuah aliran rezeki yang akan terus
"mengalir" dari laut selama menjaganya. Mari, menjadi bagian dari kisah inspiratif ini.
Kunjungi Banyumilir, saksikan keindahan yang berhasil diselamatkan oleh tangan-tangan
nelayan, dan dukung gerakan eco-tourism sejati di Bali Utara!

dokumentasi: https://www.banyumilir.org/wisata

 

 

Nama: Fitra Wiji Mawadatur Rohmah
NIM: 2312011016
Jurusan: Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Universitas Pendidikan Ganesha

Komentar atas Menyelami Asa di Terumbu Karang Banyumilir Kalibukbu

Formulir Penulisan Komentar

Nama
Alamat e-mail
Komentar
 

Layanan Mandiri


Silakan datang / hubungi perangkat Desa untuk mendapatkan kode PIN Anda.

Masukkan NIK dan PIN!

Media Sosial

FacebookTwitterYoutubeInstagram

Statistik Kunjungan

Hari ini
Kemarin
Jumlah Pengunjung

Lokasi KALIBUKBUK

tampilkan dalam peta lebih besar